Jakarta – Terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 yang diselenggarakan di Bali, akan banyak memberi manfaat bagi Indonesia.
Sekaligus, pembuktian Indonesia di tengah pandemi. Dunia internasional tetap memiliki persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis.
Hal ini menepis adanya narasi-narasi provokatif yang menyebut Musyawarah Rakyat Indonesia menentang G20 dan G20 bukan untuk rakyat Bali.
Aktivis Corong Rakyat Hasan pun menilai segelintir kelompok yang menentang G20 tersebut tidak mewakili rakyat Indonesia apalagi rakyat Bali sendiri.
“Apa yang disampaikannya itu tidak mewakili rakyat Indonesia apalagi rakyat Bali sendiri. Sangat tendensius dan ngawur nalarnya kebalik-balik. Jangan-jangan mereka ini kecuci otak,” tegas Hasan, hari ini.
Menurutnya, argumentasi bahwa G20 tidak untuk rakyat Bali terpatahkan. Sebab, kehadiran para delegasi negara-negara yang hadiri pada KTT G20 akan berpotensi memberi manfaat bagi perekonomian Indonesia, baik secara langsung, terhadap sektor jasa; perhotelan, transportasi, UMKM, dan sektor terkait lainnya.
“Maupun secara tidak langsung melalui dampak terhadap persepsi investor dan pelaku ekonomi,” katanya.
Dia memandang, momentum presidensi yang hanya terjadi satu kali setiap generasi (kurang lebih dua puluh tahun sekali) harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi, maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional.
Dia menambahkan, Presidensi G20 akan dapat menjadikan Indonesia menjadi salah satu fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan.
Kata Hasan lagi, momen G20 harus dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia. Selain itu, G20 di Bali bisa dijadikan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
”Meskipun Presiden Putin tidak hadir dan diwakili menlunya, tapi kita masih bisa berharap ada perkembangan baik untuk langkah perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Krisis moneter dan pangan yang melanda dunia akibat perang dapat menemukan kesepakatan yang menguntungkan bagi dunia,” ucapnya.
Dikatakannya, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 memberi manfaat besar terhadap peningkatan perekonomian di Bali. Mencapai dua kali lebih besar dibandingkan dengan acara dunia pada 2018.
“KTT G20 memberi manfaat ekonomi satu setengah hingga dua kali lebih besar secara agregat dibandingkan dengan penyelenggaraan acara Annual Meeting IMF World Bank di Bali pada 2018,” katanya.
Ia kembali menjelaskan, salah satu dampak positif dari banyak kegiatan menjelang KTT adalah meningkatnya tingkat hunian hotel-hotel di kawasan pelaksanaan kegiatan dan sekitarnya. Sebelum KTT G20 digelar, tingkat hunian meningkat signifikan hingga 45,96 persen.
Bahkan, dirinya optimis selama penyelenggaran nanti, angka tersebut akan terus bertambah. Tidak hanya hotel yang berada di sekitar lokasi, tapi juga hingga di luar lokasi penyelenggaraan.
“Secara logistik, ada limpahan dari acara di Nusa Dua. Dengan tertutupnya kawasan ini karena dipakai untuk G20, maka wisatawan yang seharusnya menginap di Nusa Dua, akan pindah ke tempat lain, seperti Ubud dan Sanur. Limpahan ini yang menguntungkan sektor pariwisata,” jelasnya.
Selain dari sisi ekonomi untuk mendukung KTT G20, ia mengungkapkan Bali juga mendapatkan manfaat infrastruktur. Dalam hal ini, pemerintah pusat tercatat telah menghabiskan dana untuk mempercantik kawasan Nusa Dua, Sanur, dan Ubud mencapai Rp 526,54 miliar.
Menurutnya, destinasi-destinasi wisata di luar Nusa Dua nantinya akan ramai dikunjungi oleh wisatawan selama KTT G20. Lokasi tersebut meliputi, Uluwatu, Desa Penglipuran sebagai desa wisata, dan Ubud.
Dampak positif lain dari KTT G20 ini, kata dia, adalah naiknya reputasi Bali di mata dunia. Sebab kehadiran wartawan dari 26 negara yang menghadiri KTT G20 akan memberitakan Bali secara besar-besaran.